Pengibaran Bendera Merah Putih
Salah satu momen yang sangat simbolis dari peristiwa ini adalah ketika seorang pemuda bernama F. Wangko Sumanti merobek bagian biru dari bendera Belanda, sehingga hanya menyisakan warna merah dan putih. Bendera yang kini menjadi Merah Putih tersebut kemudian diserahkan kepada Kopral J. Mambi Runtukahu dan dikibarkan oleh Kotambunan dan Sitam di atas gedung markas militer Belanda/NICA di Teling.
Tindakan ini bukan hanya simbol perlawanan, tetapi juga deklarasi bahwa Manado dan Minahasa berada di bawah kedaulatan Republik Indonesia. Semangat kemerdekaan yang membara di antara para pemuda ini menyebar ke kota-kota lain di Minahasa, seperti Tomohon, Tondano, Remboken, dan Langowan.
Di Tomohon, perlawanan dipimpin oleh Sersan Frans Bisman dan Freddy Lumanauw yang berhasil menangkap pemimpin NICA di sana, Letnan Kolonel Coomans de Ruyter, dan Komandan KNIL, Letnan Kolonel de Vries.
Penyiaran kabar kemenangan
Setelah pengambilalihan ini, dengan bantuan Tang Ing Hwa di Tomohon dan disaksikan oleh Kopral A. S. Rombot dan Kopral D. Kawilarang, mereka menyebarkan berita kemenangan melalui siaran radio. Dalam siaran tersebut, mereka mengumumkan bahwa pemerintahan NICA telah berhasil diambil alih oleh pejuang pro-republik dan seluruh daerah Minahasa kini berada di bawah kendali Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta.
Berita ini juga menegaskan semua orang Belanda telah ditahan dalam kondisi baik, sementara tawanan Jepang tetap berada di kamp-kamp mereka. Masyarakat Minahasa menunjukkan mereka menolak klaim Belanda yang menyatakan kemerdekaan hanya berlaku untuk Jawa dan Sumatera.
Peristiwa Merah Putih di Manado menjadi bukti nyata bahwa semangat kemerdekaan menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, tidak terbatas pada pulau-pulau besar saja. Pemuda Minahasa, dengan keberanian dan tekad yang besar, menunjukkan mereka juga memiliki peran penting dalam perjuangan untuk kemerdekaan.
Perlawanan mereka menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk selalu berjuang demi keadilan dan kedaulatan bangsa.
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akhirnya tersampaikan juga di Papua. Rakyat Papua di berbagai kota seperti Jayapura, Sorong, dan Biak memberikan sambutan hangat dan mendukung proklamasi tersebut. Peristiwa Merah Putih di Biak diawali dengan penyerangan terhadap pos militer Belanda di Sorong dan Biak oleh para pejuang kemerdekaan Papua pada 14 Maret 1948.Read less
Belanja di App banyak untungnya:
Nama resmi bendera Belanda adalah “Prinsenvlag” atau “Bendera Sang Pangeran”. Bendera tersebut terbagi menjadi tiga bagian yang sama besar dengan tiga warna berbeda, yaitu warna merah di bagian atas, putih di tengah, dan biru pada bagian bawah.
[caption id="attachment_181692" align="alignnone" width="358" caption="Bendera Belanda"][/caption]
Warna ini baru diadopsi pada 19 Februari 1937. Sebelumnya, bendera Belanda berwarna jingga tua, putih, dan biru dengan corak sembilan buah garis. Nama dan warna bendera ini terinspirasi dari warna pada lengan jubah Pangeran William of Orange (Prince van Oranje) yang memimpin perang perjuangan kemerdekaan melawan pemerintah Spanyol pada tahun 1568. Saat itu Belanda masih dijajah oleh Spanyol. Perjuangan tersebut berujung pada kemerdekaan Belanda yang diakui oleh pemerintah Spayol pada tahun 1648.
Warna jingga tua, putih, dan biru pada bendera Belanda dipakai hanya sampai tahun 1570-an. Pada awal abad ke-17, warna jingga tua diganti dengan warna merah karena dianggap tidak dapat terlihat jelas dari jarak jauh. Warna merah, putih, dan biru diumumkan secara resmi sebagai bendera negara pada tahun 1769. Bendera tersebut kemudian dilarang dalam periode yang singkat pada abad ke-19 setelah Prancis menggantikan Spanyol menjajah Belanda. Belanda kembali merdeka pada tahun 1813 dan bendera tersebut akhirnya kembali dipakai.
Fakta menarik mengenai warna pada bendera Belanda adalah pengaruhnya terhadap warna bendera Rusia. Hal itu terjadi saat kaisar Rusia, Peter the Great, mengunjungi Belanda pada abad ke-17 untuk mengobservasi industri pelayaran Belanda. Saat ia kembali ke Rusia, ia mengumpulkan armada kapalnya dan merancang bendera berwarna putih, biru, dan merah sebagai tanda hormatnya pada Belanda. Bendera tersebut kemudian menjadi bendera resmi negara Rusia.
Bendera Belanda dan Bendera Negara Lainnya
Warna bendera Belanda sering dikatakan mirip dengan warna bendera negara lain seperti Rusia dan Prancis.
Bendera Rusia diresmikan pada tahun 1991. Warna bendera disusun secara horizontal dengan warna putih di atas, biru di tengah, dan merah di bawah. Warna-warna tersebut diartikan sebagai warna yang mempersatukan Rusia dan membawa kemakmuran dalam perjalanannya.
Bendera Prancis terdiri dari warna biru, putih, dan merah yang disusun berurutan secara vertikal dari kiri ke kanan. Bendera ini secara resmi diperkenalkan pada tahun 1794 meskipun warnanya telah digunakan sejak awal masa revolusi pada tahun 1789. Warna biru dan merah dalam bendera ini menggambarkan kekuasaan Prancis sebagai negara terpenting saat masa revolusi.
Menurut tradisi Kuno dan Heraldik (ilmu tentang asal usul, perkembangan, atau makna lambang), warna menyiratkan berbagai simbol. Warna bendera Belanda menggambarkan hal berikut:
· Merah: ketahanan, keberanian, kekuatan, dan kegagahan
· Putih: kedamaian dan kejujuran
· Biru: kewaspadaan, kejujuran dan kesetiaan, ketekunan dan keadilan
Pengenalan paling dasar dari suatu negara adalah mengenali simbol-simbol kenegaraannya, salah satunya melalui bendera. Setiap bendera memiliki keunikan tersendiri, baik melalui bentuk simbol maupun warnanya. Bendera tidak hanya menjadi simbol, tapi memiliki makna khusus yang menarik untuk kita ketahui. Karena itulah penting bagi kita untuk mengetahui makna dibalik merah-putih-biru Belanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Filsafat Selengkapnya
Jakarta: Perjuangan rakyat Indonesia meraih kemerdekaan tak cuma terjadi di Pulau Jawa atau Sumatera lho. Ada salah satu peristiwa penting rakyat melawan Belanda di Minahasa, Manado, Sulawesi Utara yang dikenal dengan Peristiwa Merah Putih.
berikut ini dikutip dari laman
Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, berita mengenai kemerdekaan Indonesia cepat menyebar ke berbagai penjuru Nusantara, termasuk tanah Minahasa. Namun, keinginan untuk mengembalikan Indonesia kepada kekuasaan kolonial Belanda melalui administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) masih terus dilakukan oleh pihak Belanda.
Ini menyebabkan ketegangan antara pasukan Belanda dan pemuda-pemuda pro-republik, termasuk di wilayah Minahasa. Ketika Belanda mulai mengembalikan kekuasaannya dengan bantuan NICA, banyak pemuda Minahasa, yang sudah terinspirasi oleh semangat kemerdekaan, memutuskan untuk melawan.
Mereka tidak hanya terdiri dari kalangan sipil tetapi juga anggota KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger) yang pro-republik. Organisasi pemuda seperti PPI (Persatuan Pemuda Indonesia) dan BPNI (Badan Perjuangan Nasional Indonesia) mulai melakukan perlawanan, yang puncaknya terjadi dalam Peristiwa Merah Putih di Manado.
Serangan besar di Markas Teling
Pada 14 Februari 1946, pemuda dan anggota KNIL yang pro-republik memutuskan melancarkan serangan besar terhadap markas NICA di Teling, Manado. Serangan ini berhasil dengan gemilang.
Mereka merebut gudang persenjataan di Asrama Teling I, merampas senjata, dan membebaskan tokoh-tokoh nasionalis yang ditahan oleh pihak NICA, termasuk Sersan Charles Choesoy Taulu dan Sersan Servius Dumais Wuisan.
Serangan ini menandai awal dari pengambilalihan kekuasaan di Manado oleh pemuda Minahasa. Setelah merebut senjata, mereka menawan pejabat militer dan sipil Belanda, termasuk Komandan Garnisun NICA Manado, Kapten Bloom, dan pemimpin militer Letnan Verwajen. Para tawanan, berjumlah sekitar 600 orang, dibagi menjadi dua kelompok dan ditahan di Asrama Teling I serta Penjara Manado.